Testimoni Au Pair Berhijab di Eropa

Testimoni Au Pair Berhijab di Eropa

Saat ini, banyak sekali wanita – wanita muda Indonesia yang berhijab dan memiliki mimpi untuk menjadi Au Pair di Eropa. Banyak dari mereka putus asa karena tidak mendapatkan host family dalam waktu yang cukup lama ataupun banyak yang takut di perlakukan tidak baik saat menjadi Au Pair di Eropa.

Tahukah kamu jika banyak wanita muda Indonesia yang berhijab menjadi Au Pair di Eropa dan mereka memiliki pengalaman yang tidak terlupakan? Nah! wanita – wanita ini adalah wanita yang tidak pantang menyerah dan terus berusaha untuk mewujudkan mimpinya. Jika mereka bisa, kamu pun juga bisa kan?

Dalam kesempatan kali ini, aku berhasil mewawancarai dua hijabers cantik yang pernah menjadi Au Pair di Jerman. Buat kamu yang masih penasaran dengan bagaimana kehidupan Au Pair berhijab di Eropa, yuk baca hasil wawancara aku dengan kedua wanita cantik ini.

Nama                  : Bintang

Negara Au Pair  : Jerman

Tahun Au Pair    : 2017-2018

Bagaimana kamu mendapatkan host family?

Aku dapat host family dari Au Pair Wold dan alhamdulillah prosesnya relatif cepat walaupun dalam pencarian host family, aku banyak sekali dapat penolakan. Pertama – tama aku buat profil di Au Pair World pada bulan November 2015 dan kemudian di bulan Desember 2015,  aku mendapatkan respon positif dari host family (Keluarga Jerman asli) di kota Munich, Jerman. Singkat cerita, mereka mengirimkan semua dokumen yang aku butuhkan untuk pembuatan Visa Au Pair dan pada bulan Januari 2016, aku mengajukan Visa Au Pair di Kedutaan Jerman di Jakarta. Tapi sayangnya, pada saat itu keberuntungan belum berpihak padaku, dimana Visa ku ditolak . Kemudian, guru les bahasa Jermanku menyarankanku untuk mengajukan banding, tetapi pengajuan visaku tetap ditolak. Aku sempet putus asa, sedih dan kecewa dan untungnya, orang-orang terdekatku terutama ibuku tetap memberikanku dukungan yang sangat besar.

Akhirnya aku memutuskan untuk ‘break‘ dalam pencarian host family. Pada bulan Februari 2016, aku bekerja sebagai guru SD, namun seiring berjalannya waktu aku kembali termotivasi untuk mencoba mencari host family lagi. Aku mulai kembali  mencari host family pada Juli 2016, dan dalam waktu yang cukup singkat, mendapatkan respon positif dari salah satu host family (Keluarga Jerman asli), tapi sayang aku terlambat dua hari dalam membalas email mereka, dimana apesnya mereka sudah mendapatkan Aupair secara mereka sangat membutuhkan Aupair dalam waktu yang cepat. Mereka mendapatkan seorang Aupair dari Italia, yang mana tidak membutuhkan visa Aupair, sehingga prosesnya lebih cepat daripada calon-calon Aupair dari luar EROPA.

Walaupun demikian, mereka tetap menginginkanku untuk menjadi Aupair mereka ditahun berikutnya. Jadi, kami selalu berkomunikasi via email dan WhatsApp. Mereka pun berjanji untuk mengirimkan semua dokumen yang diperlukan untuk membuat Visa pada bulan Februari 2017. Singkat cerita, aku pun menerima semua dokumen yang diperlukan melalui post yang dikirim langsung dari Jerman. Tidak lama setelah itu, Visa Au Pairku pun di terima. Horeeey! Penantian yang lama pun berbuah manis.

Note: kenapa aku tulis “Keluarga Jerman asli“ karena di Jerman banyak banget keluarga pendatang yang juga membutuhkan aupair, seperti Turki, Arab, Afganistan, China dsb.

Kenapa kamu memutuskan untuk jadi Au Pair?

Aku ingin banget punya pengalaman hidup di luar negri. Sebenernya negara impianku itu adalah Inggris, tetapi karena orang Indonesia gak bisa jadi Au Pair di Inggris, aku memutuskan untuk menjadi Au Pair di Jerman.

Menurut hasil penelitian yang aku dapatkan, Jerman adalah negara dengan jumlah host family terbanyak yang membutuhkan aupair di Eropa, jadi peluang untuk mendapatkan Host Family pun lebih besar. Oleh karna itu, aku memilih Jerman, walaupun pada proses pencarian host family di Au Pair World aku mencantumkan beberapa Negara seperti Belanda, Belgia, Norwegia, Finlandia, Austria, dan Swiss.

Bagaimana kehidupan Au Pair berhijab secara umum di Eropa?

Selama aku tinggal di Jerman, aku merasa tidak pernah mendapatkan kesulitan baik dalam soal ibadah ataupun mencari makanan halal. Di Jerman sendiri banyak sekali toko-toko Turki yang menjual produk-produk halal begitupun dengan supermarket – supermarket biasa.

Sejujurnya, aku pun tidak pernah mengalami diskriminasi dan sebagainya selama jadi Au Pair. Namun, ada beberapa teman-teman berhijabku yang mengalami pengalaman yang tidak mengenakkan ketika berada di tempat-tempat umum.

Apa pengaruh Au Pair untuk kehidupan kamu?

Pemikiranku jadi lebih terbuka tentang dunia luar.

Apa saja tantangan yang kamu hadapi sebagai au pair berhijab?

Tantangan secara khusus mungkin gak ada. Seperti yang sudah aku jelaskan sebelumnya kehidupanku berjalan normal disini, tetapi di saat musim panas aku merasa selalu menjadi pusat perhatian (mungkin karena pada umumnya orang sini akan pake baju yang minim karena panas) haha

Pernahkah kamu mengalami diskriminasi selama jadi Au Pair?

No no no! Secara pribadi, aku selalu mencoba untuk berpikir positif dan mencoba untuk selalu memberikan aura positif ke orang – orang sekitar dengan cara yang sederhana misalnya berprilaku ramah, menegur sapa, suka menolong dan lain sebagainya. Aku juga selalu berusaha untuk menunjukkan bahwa Islam tidak seburuk yang ada di media atau seperti yang orang – orang pikirkan.  

Bisa Ceritakan sedikit pengalaman puasa dan lebaran di Eropa?

Tahun pertama puasaku di Jerman jatuh pada bulan Juli yang mana itu adalah musim panas di Eropa. Aku puasa 20 jam selama 1 bulan penuh. Magribnya jam 10 malam dan jam 2 pagi sudah subuh lagi! Untungnya, waktu itu aktivitasku sebagai au pair tidak terlalu banyak, sehingga puasa pun tidak terasa berat.

Sekarang kesibukan kamu sehari-hari di Jerman apa setelah program Au Pair?

Setelah selesai Aupair aku sempat mengikuti progam relawan di Jerman selama 1 tahun. Namun, saat ini aku sedang menjalani kuliah di jurusan sosial pädagogik.

Ada tips untuk teman – teman yang berhijab untuk menjadi Au Pair?

  • Tunjukkan potensi dan bakatmu. Karena sejujurnya memang banyak host family yang tidak begitu tertarik dengan Aupair berhijab. Tapi, jika kamu punya kelebihan yang menonjol, kemungkinan mereka untuk menerima kamu lebih besar.
  • Pastikan selalu jujur dan terbuka, misalnya tentang bagaimana kehidupan seorang yang memakai hijab, sehingga mereka bisa memahami dan menghargai kamu nantinya.
  • Carilah keluarga yang memang orang asli dari negara tersebut, jadi kamu bisa belajar banyak tentang negara tersebut dari warga aslinya langsung.

Nama : Sella Anjani Firnanda

Negara Au Pair : Jerman

Tahun Au Pair : Januari – Oktober 2016

Bagaimana kamu mendapatkan host family?

Gue dapat host family dari muridnya guru bahasa Jerman gue. Kebetulan waktu itu, gue ikutan agen aupair. Nah, pemilik agen aupair yang juga merupakan guru bahasa Jerman gue memberi tahu bahwa muridnya yang juga berjilbab sedang mencari aupair pengganti. Jadi gue bisa bilang kalo gue dapetin host family relatif gampang. Host family gue itu orang Turki yang maunya Aupair berjilbab dan orang Indonesia. Tanpa harus mengobrol langsung dengan host family, gue berkomunikasi langsung dengan Aupair sebelumnya, semua dokumen kebutuhan dan tiket pesawat jadi dalam 1 – 2 bulan.

Kenapa kamu memutuskan untuk jadi Au Pair?

Sejujurnya gue jadi Au Pair itu karena lihat Arista jadi Au Pair. Haha. Tapi sebenarnya, gue itu dari dulu pengen banget rasain tinggal di luar negeri (bukan liburan yaa). Pengen banget dulu ke Jepang karena gue suka banget sama Anime haha.. Sudah sempat mau nabung, terus lanjut kuliah atau belajar bahasa langsung di sana. Tapi tiba – tiba lihat Arista di Belanda, gue pun langsun kepo dan mencari tahu tentang Aupair. Gue pilih Jeman karena waktu SMA gue sempet belajar bahasa Jerman, jadi setidaknya gak mulai dari nol gitu.

Bagaimana kehidupan Au Pair berhijab secara umum di Eropa?

Secara umum kehidupan Au Pair berhijab di Jerman sih baik-baik aja, karena di Jerman pun banyak orang Turki dan Eropa Timur lainnya yang beragama islam dan berhijab juga. Tetapi memang masih aja ada yang memandang kita aneh karena berhijab, terutama di perdesaan yang isiny kebanyakan orang Jerman asli.

Apa pengaruh Au Pair untuk kehidupan kamu?

Pengaruhnya banyak banget. Gue merasa menjadi lebih mandiri dan berpikiran terbuka. Mandiri, karena kita di sini sendiri, ga ada keluarga yang bakal langsung bantu atau melayani kita ketika kesusahan. Berpikiran terbuka karena lo harus bergaul dengan orang dari berbagai negara dan harus saling menghargai setiap pemikiran orang lain meski kenyataannya tidak sependapat.

Apa saja tantangan yang kamu hadapi sebagai au pair berhijab?

Tantangannya, mungkin di awal gak mudah dalam mendapatkan keluarga, karena gak semua keluarga terbuka dan menerima Islam dan hijab. Begitu juga dengan bergaul, ada beberapa orang yang agak segan untuk mendekati orang berhijab, tapi bakal mudah kalau dari kitanya yang terbuka dan mendekati mereka duluan. I know it is not not easy, but it worked.

Pernahkah kamu merasakan atau mengalami diskriminasi selama jadi Au Pair?

Kalau ditanya tentang diskriminasi, gue tuh bingung jawabnya karena jarang banget. Hahaha Seinget gue, pernah ada seorang nenek di stasiun kereta tiba – tiba  marah dan ngomel di deket gue serta melototin gue. Mungkin dia gak suka sama gue karena gue terlihat berbeda. Gue juga pernah diteriakin “Corona“ sama anak muda Jerman, yah mungkin karena gue dari Asia. Haha.

Bisa Ceritakan sedikit pengalaman puasa dan lebaran di Eropa?

Puasa tahun ini masih mending karena dimulai pada bulan April, jadi cuaca tidak terlalu panas. Menurut gue tuh puasa disini cukup berat ya, karena gue harus puasa dari jam 4 pagi sampai jam 10 malam dan ditambah pekerjaan gue yang pakai tenaga banget itu membuat gue cukup kehausan disaat puasa.

Kalau lebaran yang dulu dengan host family Turki, gue biasanya ikutan ngumpul dengan keluarga mereka. Just for your information, kalo di Turki tuh wanita gak ikutan shalat Ied. Guu juga pernah merayakan lebaran dengan keluarga dari Indonesia. Enaknya tuh kita bisa sholat bareng dan makan makanan indonesia bersama – sama.

Sekarang kesibukan kamu sehari-hari di Jerman apa setelah program Au Pair?

Setelah selesai Aupair, gue lanjut kerja sosial (FSJ) selama 18 bulan di yayasan sosial khusus untuk merawat lansia dan orang – orang yang berkebutuhan khusus. Kebetulan gue bekerja di bagian untuk orang – orang yg berkebutuhan khusus seperti Autis, Down Syndrome, dan sebagainya.

Setelah selesai kerja sosial, gue melanjutkan pendidikan di sini sebagai perawat lansia tapi tetap bekerja dengan orang – orang yang berkebutuhan khusus karena kebetulan mereka pun semakin lama semakin menua jadi butuh perawatan khusus. Pendidikan gue ini memakan waktu 3 tahun, tidak cuma sekolah tetapi juga praktik langsung (dalam sebulan, 2 minggu sekolah, 2 minggu kerja).

Ada tips untuk teman-teman yang berhijab untuk menjadi Au Pair?

Hhmmm… Do what you think is good for yourself, girl! Mungkin pada awalnya memang sudah untuk mendapatkan host family.  Tapi gue yakin kalau ada kemauan dan usaha pasti ada jalan. Good Luck!

Wah! Ternyata walaupun berhijab, Bintang dan Nanda menyampaikan bahwa mereka tidak pernah merasa terkucilkan di Jerman dan malah memiliki pengalam yang sangat berharga sebagai Au Pair. Buat kamu yang putus asa dan kecewa karena ditolak terus oleh host family, jangan patah semangat! seperti kata Nanda, jika ada kemauan dan usaha, pasti ada jalan. Tunjukan bakat dan kemampuanmu dan host family pasti akan melirik profilmu regardless your religion and your appearance. Goodluck, Girls!

Leave a Reply

Close Menu